RSS

Arsip Penulis: Pat3Adri

Tentang Pat3Adri

Penyuka Keindahan Spiritual & Kode Morse

Faktor U

Faktor U menjadi sebuah jargon ditengah masyarakat yang menyatakan bahwa usia tidak bisa dibohongi. Maksudnya adalah bahwa daya pikir, daya ingat termasuk daya angkut, serta daya-daya lainnya telah mengalami “dehidrasi” yang sangat signifikan.

Dalam sebuah iklan produk susu kalsium di televisi, seorang anak TK mengatakan kepada ibunya “faktor uuu yaa” ketika ibunya tidak kuat mengangkat putrinya itu.

Kondisi itu adalah hal yang sangat manusiawi dalam sebuah evolusi kehidupan mahluk hidup, terutama pada orang di usia senja. Bayang – bayang ketakutan mendominasi bahkan menghantui hari-demi hari di penghujung usia lanjut.

Takut tidak bisa “bergaya” lagi, takut tidak bisa ber-olahraga, takut tidak bisa nyetir lagi, takut tidak bisa mengangkat aqua galon, takut tidak bisa mengetuk kode morse dengan baik dan benar. Dan masih banyak ketakutan-ketakutan yang lain.

Medio bulan mei    tepatnya tanggal 20 Mei 2019,  kembali saya mengajukan permohonan pensiun  yang pernah berapa kali di ajukan namun sering mendapat penolakan dari pihak direksi. Dan akhirnya permohonan diterima, walau mereka tidak menerima jika alasan saya karena faktor U – apakah memang saya belum U yaaa?. – padahal umur saya sekarang adalah pengurangan dari karakter angka 2019 dikurangi 1956. Dikalangan peMorse dikenal dengan “dididadada dadadadadah didadadadah dadadadadit”  dikurangi  “didadadadah dadadadadit dididididit dadidididit. – mana kalkulator, mana kalkulator hehehe. …

Negosiasipun berjalan lancar. Pihak direksi meminta “perpanjangan waktu” – kayak Persija & Persib yang berlaga di Gelora Bung Karno, ….hehehe…  Melalui Direktur Operasional & HRD, ditetapkan perpanjangan waktu itu sampai dengan lebaran Idul Fitri tahun 2020. Atau sampai dengan ada yang akan menggantikan saya (?).

Dua kali dua puluh empat jam saya renung ulang sebelum akhirnya menerima permintaan pihak direksi. Jika rencana ini berjalan lancar, itu berarti saya telah mondar-mandir di jalan Perintis Kemerdekaan Pulogadung Jakarta Timur  selama seperempat abad dikurangi 1 tahun.

Nah. Sekarang adalah hari-hari “menghitung hari” kata mba Krisdayanti.  Terlalu dini memang untuk memulai menghitung, karena lebaran tahun 2019 saja masih 10 lagi, apalagi lebaran tahun 2020.  Namun kalau tidak mulai menghitung kapan mulainya ?.

Segala bayang dan khayal yang memposisikan diri saya pasca “pangsiun” – kata teman saya, dimulai.  Namun saya sangat berharap semoga bayang dan khayal itu akan terus memberi semangat terutama semangat untuk terus bekerja sampai  indah pada waktunya.

Akhirnya dari “puncak” Gading Icon City Apartement Pulogadung mengucapkan selamat bermalam senin, Sehat & Kuat Selalu.-

 

 

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 26 Mei 2019 inci Umum

 

Keputusan Yang Tak Terputuskan

Entah sudah ke berapa kali  menyatakan akan mengundurkan diri dari pekerjaan, entah sudah berapa kali pula bos meminta saya untuk tolong jangan dulu berhenti, karena tenaga anda masih dibutuhkan.

Pernah pada suatu ketika lupa tahunnya, kondidi tersebut saya gunakan sebagai posisi tawar untuk meminta kenaikan gaji. Dan itu disetujui oleh pihak direksi. Lalu apakah itu yang disebut saya berada diatas angin?.

Secara pribadi saya dapat membenarkan apa yang menjadi permintaan bos, karena saya tahu persis, sampai saat ini dilingkungan perusahaan belum ada yang dapat menggantikan posisi saya tersebut – kecuali mereka mencari karyawan baru yang mempunyai pengalaman minimal sama atau lebih dari saya.

Upah dan fasilitas bukan segalanya bagi seorang karyawan, namun kenyamanan, dan ketenangan dalam bekerja adalah merupakan hal yang penting bagi seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.

Dari segi usia, memang sudah seharusnya saya tidak bekerja lagi, alias sudah harus pensiun.  Disatu sisi perusahaan masih membutuhkan tenaga dan pikiran saya, namun disisi lain terkadang keinginan untuk berhenti bekerja menggebu, manakala terjadi hal-hal yang merengut dan melulu-lantakan rasa nyaman dan tenang itu.

Kondisi yang tidak nyaman dan tenang itu biasanya terjadi karena ulah salah satu direktur yang menjadi atasan langsung. Pernah suatu ketika saya gebrak meja karena ulahnya, namun saya bukan di pecat, tetapi di rangkul dan dibujuk untuk tetap bekerja seraya meminta maaf.

Perilaku, dan perlakuan yang baik seorang pimpinan kapada bawahannya, akan memicu tingkat kesetiaan karyawan kepada perusahaan. Ini adalah salah satu pilar kelancaran kegiatan perusahaan yang suka diabaikan ditempat saya bekerja.

Sulit bagi sebuah perusahaan yang dikelola secara kekeluargaan, dimana seluruh jajaran direksi tediri dari kakak beradik, anak, dan ponakan. Sehingga ketika status berubah menjadi perseroan terbatas, “manajemen suka-suka” masih kental sampai saat ini dan terkesan sulit untuk di tinggalkan.

Anomali memang, karena sampai saat ini perusahaan berjalan sebagaimana mestinya, walau ditengah-tengah hiruk-pikuknya nada kesal, nada protes, nada marah yang di “aktualisasikan”  antara sesama karyawan saja, tanpa diwujudkan dalam aksi demo misalnya – mungkin tidak ada yang menggerakkan (?).

Situasi itu adalah sebuah pembenaran bahwa pekerja belum sepenuhnya di posisikan sebagai salah satu pilar dalam membangun ekonomi perusahaan ditempat saya bekerja.

Kembali ke laptop, .. Keinginan untuk memutuskan keputusan itu, selalu muncul manakala diperhadapkan dengan situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan itu, namun pertimbangan kehidupan kedepan dimana saya tidak berpenghasilan lagi selalu merintangi dalam bayangan ketakutan – walau sebenarnya kenyataan itu memang harus terjadi.

Akhirnya sampai memasuki tahun 2019, keputusan itu tak terputuskan juga. Entahlah hari-hari berikutnya, ruang waktulah yang akan menjawab.-

Polugadung, 01 Maret 2019

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 1 Maret 2019 inci Umum

 

Manajer Tak Pernah Salah

Inti administrasi adalah manajeman, sedangkan inti manajeman adalah kepemimpinan.

Manajeman dalam artian proses, adalah memimpin, mengayomi, membimbing, mengarahkan, dan memutuskan  setiap kebijakan  perusahaan dalam pola kepemimpinan yang baik dan benar.

Manager dalam pengertian oknum, adalah seseorang yang bertanggung jawab dan mengorganisir  proses penyelenggaraan kerja  agar berjalan lancar, dan mendapatkan hasil sesuai kebijakan perusahaan.

Karyawan yang memiliki kemampuan dalam bekerja, adalah modal tak ternilai  bagi perusahaan. Karena dari merekalah tugas -tugas manajer akan dapat dilaksanakan, dan akan membuahkan hasil, sehingga produktifitas perusahaan, akan sesuai dengan harapan dan target yang telah ditetapkan.

Dalam praktek terkadang kemampuan dan efektivitas kerja para karyawan menjadi “brantakan” karena ulah manajer yang berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai dan falsafah seorang manajer. Perilaku seperti itu terjadi karena rasa ego, merasa berkuasa, merasa paling mengetahui segala hal, sehingga apa yang dilakukan atau sedang dilakukan oleh karyawan, sering dipandang sebelah mata – walaupun  pada akhirnya diterima.

Kehadiran sang manajer dianggap sebagai neraka, ibarat kata, untuk tersenyumpun, para karyawan harus berhati-hati. Itulah sebabnya ketika sang manajer tidak masuk kantor, atau sedang keluar kota, maka itu akan menjadi kebahagiaan yang didambakan, mereka akan hingar-bingar dalam tawa dan canda sambil terus bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Manajer yang berperilaku seperti itu, bisa jadi adalah, seseorang yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan pemilik perusahaan, atau mungkin memiliki saham dari perusahaan., termasuk  manajer yang lahir di perusahaan tersebut, artinya tidak pernah bekerja di tempat lain. Dan karena hubungan kekerabatan, yang bersangkutan langsung memegang jabatan sebagai manajer.

Belum lagi, karena lingkup pergaulan, pengalaman, latar belakang pendidikan, membuat yang bersangkutan tidak berusaha untuk mempelajari, mengetahui dan memahami, apa dan bagaimana tugas dan tanggung jawab seorang manajer yang baik melalui literatur-literatur yang ada. Dan jadilah dia seorang manajer yang otoriter,  tidak mempunyai kemampuan  menciptakan rasa nyaman di lingkungan kerja. Perilaku yang buruk dari sang manajer akan menjadi bahan pergunjingan sesama karyawan. Padahal kepemimpinan – yang baik dan benar, adalah inti dari manajeman.

Disamping upah,  kenyamanan  bekerja, adalah salah satu pilar yang mampu menopang, dan mempertahankan keberlangsungan para pekerja untuk bekerja dengan baik dan benar.

Memang dalam kondisi tertentu para karyawan akan terus berjibaku dalam rangka mempertahankan hidup. Karyawan berada dalam situasi yang penuh dengan ketegangan, manakala sang manajer hadir dalam keseharian. Para karyawan akan terus dan terus  “menabung” stres.  Dan ketika tiba waktunya tabungan itu akan pecah, saat mendapat jawaban bahwa dia diterima bekerja di perusahaan lain. Atau belum ada pekerjaan baru, namun sudah tak tertahankan dengan ulah sang manajer, maka dia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

Sangat disayangkan, jika jajaran direksi mempertahankan seorang manajer yang berperilaku seperti itu. Tetapi memang adalah buah simalakama bagi jajaran direksi, karena manajer yang bersangkutan  berada dalam garis kekerabatan yang sangat dekat dengan pemilik perusahaan, sebutlah adik atau anak.

Perusahaan, tidak mengetahui   hal  tersebut – atau pura-pura tidak tahu.  Karyawan tidak mungkin melaporkan kondisi ril dari pola perlaku sang manajer. Perilaku menyimpang sang manajer  tidak bisa dilihat,  hanya bisa dirasakan.

Operasional perusahaan memang berjalan lancar. Namun bukan tidak mungkin disuatu saat nanti, itu akan menjadi masalah,  ketika karyawan yang diandalkan, tiba-tiba berhenti dari pekerjaannya. …. Karena Manajer Tak Pernah Salah.-

**

Dari puncak Gading Icon Pulogadung, mengucapkan selamat bekerja, sehat dan sukses selalu.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 Desember 2018 inci Umum

 

Nyanyian Alam & Ketakutan

Tiga belas desember dua ribu delapan belas, petang jelang malam, di sekitaran Pulogadung, alam memperdengarkan  keperkasaan melalui bunyi silih berganti, gemuruh demi gemuruh diiringi chaya yang bermuatan listrik yang saya tidak tahu berapa kekuatannya. Suara dan pemandangan itu ternikmati dari “puncak” Gading Icon Apartement Pulogadung.

Sebelum alam bernyanyi, beberapa hari sebelumnya Badan Meteorologi & Geofisika melalui tayangan di televisi swasta, telah memberi info akan adanya cuaca ekstrim yang akan melanda Jakarta dan sekitarnya.

Melihat kondisi alam, melalui pekatnya awan di Pulogadung dan sekitarnya, tepat pukul 17.00 wib, saya buru-buru pulang karena ingin cepat sampai dirumah, disamping berebut lokasi parkir kendaraan, maklum jumlah lahan parkir dan jumlah mobil penghuni Gading Icon City Apartement Pulogadung Jakarta Timur, berbanding terbalik.

Tidak sempat mandi, karena kondisi ruang yang dingin disamping kondisi di luar yang dingin juga, maklum hujan deras mulai membasahi bumi persada kelurahan Pulogadung RT.007 RW.011 kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.

Ketakutan pertama adalah, antena radio belum sempat dilepas dari posisi pemasangannya di kosen jendela, takut melihat garis-garis berwarna putih terang benderang diserta bunyi keperkasaannya. Pasrahpun akhirnya menjadi pilihan untuk ketakutan pertama ini.

Mencoba untuk memberanikan diri, sambil terus menikmati nyanyian alam dengan sinar putih yang menyilaukan, pada akhirnya ketakutan kecil sebagai ketakutan pertama, mulai menggerogoti keberanian yang coba dipertahankan.

Wajar dan sangat manusiawi manakala ketakutan mulai mengepung dan pada akhirnya menumbangkan keberanian yang tadinya dianggap mampu melawan nyanyian alam.

Sebagai orang yang percaya akan kuasa dan kebesaran Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya, maka DOA adalah senjata terakhir untuk menaklukkan ketakutan akan nyanyian alam yang berkumandang di malam Jumat itu.-

Dari puncak Gading Icon City Apartement Pulogadung, mengucapkan selamat malam, sehat dan sukses selalu.-

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 Desember 2018 inci Umum

 

Bunyi & Rindu

Secara etimologis, kata suara berasal dari bahasa Sanskerta, swara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, suara diartikan sebagai bunyi yang keluar dari mulut manusia, binatang, perkakas dan sebagainya. Disamping itu suara bisa bersifat filosofis. John Cage, seorang musisi kontemporer, menyebut keheningan sebagai musik. #kompas, Sabtu, 22 Maret 2014.

 Bunyi dalam “kehidupan” amatir radio, khususnya CW (baca, kode morse) bunyi berasal dari perkakas seperti keyer (kunci ketuk), yang terhubung dengan radio pemancar, atau media lain seperti komputer dan lain-lain.

Dalam kapasitas sebagai anggota amatir radio dan penyuka kode morse, maka kerinduan akan bunyi nada pendek dan nada panjang, yang terkemas dalam bentuk komunikasi, selalu menjadi sebuah harap.

Ketika mendengar bunyi, darahku mengalir bagai genderang mau perang – kata lagu bro Achmad Dhani. Namun ditengah ganasnya gaung media sosial masa kini, membuat para “peBunyi” seperti amblas terhantam likuifaksi. Belum lagi kondisi propagasi yang sangat “miskin”, yang membuat penyuka radio, tidak beraktifitas seperti beberapa tahun yang lampau.

Dan lebih parah lagi, adanya gangguan dahsyat dari “penjahat frekwensi” yang tidak akan pernah bertobat, dan tertangkap sepanjang sejarah perjalanan kehidupan berRadio di negri ini.

Perilaku menyimpang dalam penggunaan band plan yang riuh rendah terdengar setiap hari sudah dianggap sebagai sebuah sinetron  Anak Langit, Cinta Suci, dan Orang Ketiga yang setiap hari tayang di stasiun televisi “satu untuk semua”.

Ditengah aksi penjahat frekwensi khususnya di 40 Meter band, saya hampir selalu melakukan panggilan umum (CQ) di frekwensi 7.025.00 kHz, yang didasari sebuah kerinduan untuk “bermain bunyi”. Walau sadar – sesadar- sadarnya, keberadaan stasiun khususnya perangkat antena, adalah merupakan hambatan dalam terciptanya sebuah komunikasi.

Namun ditengah rasa minder akan keberadaan stasiun radio khususnya antena, terkadang cukup puas walau hanya mendapatkan report melalui Reverse Beacon Network (RBN) dari stasiun di Australia, China, Afrika dan lain-lain. Karena itu menjadi pertanda bahwa panggilan umum yang terpancar dari “Puncak Gading Icon” Pulogadung terdengar di benua lain.

Dylan berucap ke pacarnya “rindu itu berat, kamu takkan kuat, biar aku saja”. Dan akhirnya biarlah keheningan itu menjadi musik syahdu yang menemaniku dalam temaram rindu.

Pulogadung, medio Desember 2018.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 11 Desember 2018 inci Amatir Radio

 

Di Sisa-Sisa Semangat Yang Memudar

Judul tulisan ini diadopsi dari postingan rekan amatir yang juga senior saya OM Yustiadi Surata YC1BJX melalui akun Facebook beliau pada Selasa 14 Agustus 2018. Saya mengenal beliau pada tahun 1997 ketika saya “terjerumus” dalam blantika kode morse di band frekwensi VHF tepatnya di 144.280 Mhz yang akhirnya saya tahu bahwa di frekwensi itulah yang sampai sekarang disebut sebagai “kampoeng morse”.

Mangapa dinamai kampoeng morse? karena di frekwensi itulah para penyuka dan penyinta kode morse selalu bertemu dan melakukan komunikasi baik dengan phone terlebih dengan tone (kode morse).

Di tempat itu pula rekan-rekan, baik yang baru mulai mengenal bunyi kode morse termasuk  rekan yang telah lama bergelut, belajar dan terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan menerima dan mengirim bunyi kode morse dengan baik dan benar sampai dengan saat ini.

Kembali ke judul postingan OM Yustiadi Surata – YC1BJX “Di sisa-sisa semangat yang memudar”. Saya tidak tahu persis kenapa beliau yang saya kenal sebagai seorang pemorse handal bahkan maniak dengan bunyi nada pendek dan nada panjang itu, tiba-tiba mulai memudar semangatnya.

Apakah semangat beliau untuk selalu “berdendang” dengan kode morse terutama dalam kegiatan kontes atau apapun yang berhubungan dengan kode morse telah tergerus oleh kondisi kekinian, termasuk kondisi sang propagasi yang seakan tidak bersahabat lagi dengan kita, atau karena ulah para pengguna radio yang menggunakan frekwensi yang bukan peruntukannya,  atau karena faktor lain ? tentunya hanya OM Sur (panggilan akrab beliau) yang tahu.

Sebagai penyuka dan penyinta kode morse, saya  juga merasakan bagaimana dahsyatnya tekanan kemajuan teknologi khususnya di bidang telekomunikasi terhadap kegiatan ber-radio saat ini.  Para “pengetuk” yang dulunya seperti sulit terpisahkan dari kunci ketuk (keyer) sekarang lengket bagai perangko dengan gadgetnya dan menjadi “pengetik” handal seperti pada waktu dulu dia menjadi “pengetuk” handal. ini adalah bukti bahwa kita sulit dan tak mampu melawan sebuah keniscayaan.

Kegiatan di kampoeng morse “redup” dengan bunyi kode morse, mungkin bisa merepresentasikan kegiatan ber-radio khususnya komunikasi dengan kode morse.

Kegiatan di 40 meter band khususnya pada frekwensi 7.000 Mhz s/d 7.030 Mhz yang dialokasikan untuk DX windows dengan mode CW tak berdaya dan lumpuh oleh gempuran dahsyat para “penjahat” frekwensi yang berkeliaran pada setiap saat.

Bahkan ketika frekwensi 7.025 Mhz  tidak sedang digunakan, saya sering melakukan panggilan CQ, namun tidak sampai  hitungan 5 menit sudah akan terdengar “penjahat” frekwensi yang mengeluarkan suara “aaaaaaak uuuuuuuk aaaaak uuuuk”.

Selama frekwensi adalah milik Tuhan menurut pemahaman para penjahat itu, maka kenyamanan para “penurut aturan” tidak akan pernah merasakan nikmatnya ber-radio-ria. Dan bukan tidak mungkin apa yang dikatakan OM Sur YC1BJX dalam postingannya di akun FB beliau, akan merambah ke tempat lain (baca, teman lain).

Ketika perbuatan menyimpang dilakukan terus menerus dan makin banyak orang melakukannya, serta institusi yang bertanggung jawab terhadap ketertiban dan kenyamanan seakan memberi ruang, maka perbuatan tersebut akan terus berulang dan menjadi benar adanya.

Inilah potret kekinian kita.

Dari “puncak” Gading Icon City Apartemen Puogadung, Jakarta Timur saya  mengucapkan selamat menikmati indahnya malam di hari Selasa 14 agustus 2018.

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 14 Agustus 2018 inci Amatir Radio

 

Mencegah AdalahPerbuatan Terpuji

Pagi yang cerah di penghujung Februari 2016 tepatnya Selasa 23 Februari 2016 beberapa menit menuju pukul 08.00 wib, Kenwood TS-930s radio kesayanganku, kuDial dan berhenti di frekwensi 7.120.00 Khz.  Terdengar QSO antara OM Edy YC8HU/1 dengan seorang amatir radio – callsign sengaja tidak  tulis.

Materi komunikasi cukup menarik, walau saya mendengarnya tidak begitu lama karena QSO akan segera berakhir berbarengan dengan persiapan beliau-beliau untuk berkegiatan di darat.

Sebagai salah satu dari ribuan anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia, saya sangat setuju dan memberi aprseasi yang tinggi kepada Om Edy YC8HU/1, mengapa..? Karena termasuk jarang    seorang anggota ORARI yang mau “meluruskan sesuatu” yang salah – menurut peraturan perundang-undangan, dan dilakukan langsung saat komunikasi di RADIO bukan di Media Sosial  seperti yang kebanyakan di lakukan saat ini.

Beberapa waktu yang lampau (lupa harinya, apalagi tanggalnya) saya membaca ada komen dari seorang rekan di salah satu grup FB yang mengatakan kira-kira seperti ini,  “kenapa OM tidak langsung saja bicara di radio, kenapa setiap terjadi hal seperti itu OM menulisnya di sini padahal OM mendengar pelanggaran itu di radio?….”. memang yang bersangkutan memberi alasan, tapi apakah alasannya benar, hanya sopir bajaj yang tahu “didididit didit” kata pemorse.

Kembali ke “laptop”.. singkatnya dalam komunikasi itu OM Edi YC8HU/1 mengatakan … “yang perlu lebih dahulu dimantabkan adalah antenna, saya sendiri membutuhkan waktu yang lama untuk mengobservasi antenna saya sebelum terpasang secara permanen.

Lanjut kata Om Edy, untuk Linear Amplifier yang 1 kilowatt saatnya belum tepat, karena saya saja belum bisa menggunakannya sebab peraturan amatir radio tidak  membolehkannya – lawan QSO beliau adalah seorang dengan tingkat kecakapan Siaga.

Benar,  karena yang penulis tahu, bahwa daya pancar maksimum yang diizinkan oleh Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 33 tahun 2009 yang sudah di rubah dengan peraturan yang sama Nomor 2 Tahun 2015,  adalah tingkat Siaga  100 watt untuk pita frekwensi dibawah 30 Mhz dan 75 watt untuk pita frekwensi diatas 30 Mhz. Sedangkan untuk tingkat Penggalang adalah 500 watt untuk pita frekwensi dibawah 30 Mhz, dan 200 watt untuk pita frekwensi diatas 30 Mhz. Sementara untuk tingkat penegak, 1000 watt pada pita frekwensi dibawah 30 Mhz dan 500 watt untuk  pita frekwensi diatas 30 Mhz.

Kesimpulan dari QSO ini adalah….bahwa OM Edy YC8HU/1 telah melaksanakan fungsi “penegakan hukum” dalam artian pencegahan terhadap perbuatan melanggar hukum di dunia amatir radio dan bukan itu saja tapi efek dominonya juga.  Cocok dengan apa yang saya dengar di pagi yang sama dari seorang narasumber di  kabar pagi TVone yang membahas tentang pengosongan lokasi Kalijodo.

Intinya sang narasumber itu mengatakan bahwa penegakan hukum itu tidak semata menjadi tugas aparat, tetapi masyarakat berperan juga, ketika mereka tidak melakukan perbuatan melawan hukum.

Akhirnya semoga akan ada OM Edy- OM Edy lainnya yang melakukan hal yang sama dalam konteks yang berbeda sekalipun. Sehingga jika dipersempit-persoalannya, maka suatu hari nanti tidak terdengar teriakan-teriakan, tidak akan terdengar suara seperti ini, “disini penyiar kesayangan anda…..”, tidak akan terdengar lagu Bengawan Solo… maupun ber QSO di frekwensi bukan peruntukannya.-

 

Pulogadung, akhir Februari 2016.

Patri – YC0RNC

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 23 Februari 2016 inci Amatir Radio

 

Ketika Negara (kita) Tak Berdaya

Tiga hari yang lalu TVone menyajikan acara ILC dengan judul Ketika Negara Tidak Berdaya, diskusi para ahli, praktisi, politisi termasuk polisi cukup enak di dengar, ketika mereka mendiskusikan tentang sosok seorang Labora yang “sakti” (red) dari negri di ufuk timur NKRI yang sangat kaya sumber daya alamnya, Papua nama negri itu. kesaktian seorang Labora, terbentuk karena ulah aparat negara. Saya tidak tahu apakah sosok Labora dalam berkegiatan selalu “Ora Et Labora”, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Pada jam 19.20 wib atau jam 12.20 UTC di frekwensi 7.025.00 Khz terjadi diskusi 2 orang “praktisi” kode morse sekaligus pemerhati amatir radio, khususnya dalam penggunaan segmen band frekwensi amatir radio (Band Plan).  Beliau adalah YB0BNX OM Pakcahyo Ybzerobnx dan YB1DNF OM Rahmat, mereka berkomunikasi dengan menggunakan mode CW karena memang peruntukannya.

Setelah memberi report sesuai standad komunikasi dengan mode CW, OM Rahmat mengatakan “saya barusan dengan QRO karena begitu beacon mati mereka mulai merajalela (orong-orong, red) kita tidak bisa jelaskan secara baik-baik karena mereka semua callsigner malah penegak contohnya pak ….”.

OM Tjahyo menimpali “ini fenomena aneh para penegak yang seharusnya memberi contoh yang baik dan benar, justru berkelakuan yang sebaliknya, dan lebih konyol lagi pengurus Orari pusat sampai lokal bahkan pemerintah seperti tidak berdaya (menghadapi kesaktian orong2, red) maka akhirnya kita-kita dengan peralatan yang ada mencoba melawan mereka……..”.kembali YB0BNX melanjutkan, “kalau dilakukan bersama-sama dengan power yang besar ya, barangkali ada dampak positifnya” – kata temanku orang Manado yang lama tinggal di Bandung – Meureun?, hehehe, soalnya orong2 suka teriak dengan power yang besar pula.

Saya tertarik dengan pernyataan YB1DNF yang mengatakan “para perampok frekwensi” kata beliau semakin bobrok negeri kita, maka semakin merajalela para perampok frekwensi, karenanya kalau kita tidak peduli para perampok itu akan merampas hak kita…” Komunikasi mereka berdua berakhir, ketika YB1DNF pamit karena waktu untuk ke Mesjid telah tiba..

Akhirnya,… kesaktian sosok Labora dari negri Papua terbentuk karena ulah aparat negara, sekarang, bagaimana dengan kesaktian orong-orong ? kata temanku, hanya sopir bajaj tahu.. hehehehe… dari puncak Gading Icon City Apartement Pulogadung menyampaikan selamat menikmati akhir pekan yang indah… de YC0RNC.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 15 Februari 2015 inci Amatir Radio

 
Sampingan

ImageKemarin siang tepatnya Minggu 13 April 2014, seperti biasa tiba di HsH setelah bermalam minggu dan tidur di Putri House’s Cijantung, radio langsung di On sebelum mengOnkan TV tentunya. Belum 10 menit Kenwood TR-9000ku On air di Kampoeng Morse (baca, 144.280 Mhz), terdengar dengan baik dan benar seorang ibu memanggil seseorang, dan seorang ibu pula. Kemudian komunikasi berlangsung lancar karena komunikator dan komunikan saling “berbalas pantun” dengan baik dan benar. Yang menarik dari materi komunikasi tersebut adalah, ketika ibu yang dipanggil oleh seorang ibu dari Bogor (?) itu menjawab dengan baik dan benar bahkan dengan gagah berani (red) curhat tersebut. Pertanyaan tidak saya tulis disini, karena yang penting adalah jawabannya. Apa jawabannya ?. Inti jawabannya adalah “BELAJAR KODE MORSE TIDAK SEMATA UNTUK MENGIKUTI LOMBA, APALAGI HANYA INGIN MENJADI JUARA…” Panjang lebar ibu itu menjelaskannya tentang belajar kode morse dan manfaatnya dikemudian hari. Sebagai penyuka dan penyinta Kode Morse saya pribadi mengaminkan apa yang dijelaskan ibu tersebut – dan berdoa semoga ada ibu-ibu apalagi bapak-bapak lain dikemudian hari tersadar dan akan memberikan pemahaman seperti itu ketika ada rekan yang baru mau akan belajar kode morse. …. PF buat ibu kita itu…siapa ibu itu?… kasih tauuuuu gaak yaaa ?. Dari puncak GIGA Pulogadung Jakarta Timur, mengucapkan selamat menjalani kegiatan di hari Senin ini. Sehat dan sukses selalu. …. de YC0RNC.

Belajar Kode Morse Tidak Semata Untuk Lomba

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 14 April 2014 inci Amatir Radio

 

Pembekuan Organisasi Orari Lokal.

Logo Morse for FBTANGGAPAN ATAS ISU PELEBURAN (?) ORARI LOKAL DI ORARI DAERAH DKI JAKARTA

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Amatir Radio Indonesia yang merupakan Ketetapan MUNASSUS Tahun 2012.

Pasal 9
PEMBEKUAN ORGANISASI
(1) Ketua ORARI Daerah mempunyai wewenang membekukan ORARI Lokal dengan ketentuan
a. Apabila jumlah anggota yang berada pada Daerah tersebut tidak mencapai jumlah minimal sebagaimana tersebut dalam pasal 8 ayat 2 butir a, atau apabila kepengurusan ORARI lokal tidak melaksanakan fungsi dan kegiatan organisasi dan atau memberikan pelayanan secara rutin terhadap anggota dan atau apabila kepengurusan ORARI lokal tidak melaksanakan aktifitas Organisasi seperti Muslok, Rapat Kerja ORARI Lokal, Rapat Pengurus atau tidak melaksanakan Instruksi Organisasi tingkat atasnya, atau apabila Kepengurusan ORARI Lokal tidak mengikuti/menghadiri undangan acara-acara resmi ORARI Daerah selama 5 (lima) kali berturut-turut dengan tanpa alasan.

b. Keputusan Pembekuan ORARI Lokal dapat diberikan setelah Pengurus ORARI Daerah memberikan teguran/peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut dalam waktu 6 (enam) bulan.

c. Keputusan pembekuan ORARI Lokal harus diikuti dengan pengaturan pelimpahan anggota dan asset ORARI Lokal yang dibekukan.

Permasalahan Sekarang adalah :
Apakah unsur – unsur yang tertulis dalam Pasal 9 AD/ART ORARI ayat 1 huruf a dan b terpenuhi, artinya ada dan atau terjadi di Lokal Kramatjati ?.
Kalau saya sebagai pribadi mengatakan TIDAK. Karenanya menurut hemat saya, ORARI Lokal Kramatjati TIDAK BISA DILEBURKAN (atau apapun istilahnya). Karena bertentangan dengan AD/ART Organisasi Amatir Radio Indonesia.

Demikian tanggapan kami, seraya mengunggu tanggapan lain dari rekan-rekan Amatir Radio.

Salam Hangat,
YC0RNC anggota Lokal Kramatjati
NRI : 90036384

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 11 Oktober 2013 inci Amatir Radio

 

Morser Juga Manusia

Kesetiaan Morser (baca : pemorse) dalam meluangkan waktu berkomunikasi dengan kode morse, bergerak dari waktu ke waktu. Mengapa demikian?, karena “Communication is dynamic”. Komunikasi amat dinamis dan setiap saat berubah, baik materi, objek, intensitas, durasi, serta media yang digunakan. Perubahan adalah sesuatu hal yang wajar, manusiawi, termasuk “morseawi” dan itu terjadi dalam segala sisi kehidupan manusia.
Kesempatan, materi, warna, dan durasi, terbentuk dari sebuah kepentingan yang dilatarbelakangi oleh faktor internal maupun eksternal. Artinya kedua faktor inilah yang akan memicu proses komunikasi menjadi seperti apa dan bagaimana, termasuk “the man front the radio” tentunya.

Teringat kata seorang teman bahwa “FaceBook lebih kejam dari Flu Babi”. Yang dimaksud disini bagaimana kemajuan teknologi komunikasi berpengaruh dan mempengaruhi perilaku masyarakat modern masa kini, termasuk “masyarakat radio” dalam hal ini pemorse. Konsekuensi logisnya adalah suara tone yang bertalu-talu yang hampir setiap saat terdengar dibeberapa frekuensi dalam sebuah format komunikasi, kini mulai jarang terdengar. Morser juga Manusia.- 

Dari puncak GICA mengucapkan Selamat bermalam Senin, sehat dan kuat selalu.

de YC0RNC

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 26 Agustus 2013 inci Amatir Radio

 

Tanggapan Uji Publik Rancangan Peraturan Menteri

Uji publik terhadap RPM Perubahan Atas Peraturan Menteri Kominfo No. 33/PER/M.KOMINFO/08/2009 tentang Penyelenggaraan Amatir Radio.

1. Pasal 1 ayat 20 sebaiknya dihilangkan. Alasannya adalah bukan tidak mungkin di kemudian hari ketentuan hari kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah akan berubah lagi menjadi hari Senin sampai hari Sabtu. Alasan lain, Penyelenggaraan Amatir Radio seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1,2,3,dan 4 tidak mengenal hari kerja.

2. Pasal 5 ayat 4 ditambahkan huruf (d ) sehingga menjadi : d. Masih menggunakan stasiun radionya untuk menyalurkan hobi dan bakat sesuai Pasal 1 ayat 5. – alasannya apa gunanya diberikan IAR seumur hidup kalau pemilik IAR itu sudah tidak melakukan kegiatan tersebut.

3. Pasal 27 khususnya tentang materi ujian Kode Morse menurut hemat kami, materi kode morse sudah harus diuji ketika seseorang akan menjadi anggota amatir radio seperti yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.49 Tahun 2002 tentang Pedoman Kegiatan Amatir Radio yang sudah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh Peraturan Menteri Kominfo No.33/PER/M.KOMINFO/08/2009 tentang Penyelenggaraan Amatir Radio. (saya berkeyakinan bahwa alasan materi itu tidak diberlakukan lagi untuk ujian amatir radio tingkat siaga, karena tim perumus peraturan ini, lebih merujuk kepada keluhan-keluhan klasik di akar rumput atas pelaksanaan dan hasil ujian dimaksud. Seperti contoh, ada yang sampai berkali-kali ujian dan tidak lulus (baca, kode morse), ada yang tidak mau bergabung menjadi anggota amatir dengan alasan karena sulit lulus (baca, kode morse) pernyataan-pernyataan seperti itu sudah saya dengar sejak tahun 1990 ketiga saya menjadi anggota amatir radio. Entah ditahun sebelumnya (?).
Jadi hemat kami materi ujian kode morse harus diberlakukan lagi dengan catatan, materi ujiannya disederhanakan / dipermudah (seperti contoh, coba bunyikan huruf alfa dengan mulut) dan kalau bisa, berarti lulus – karena itu suatu pertanda yang bersangkutan telah belajar kode morse ketika akan menghadapi ujian amatir radio. Dan kemungkinan yang bersangkutan akan terus mengembangkan kemampuan penguasaan kode morse dikemudian hari. Jadi tidak menunggu harus naik tingkat baru belajar kode morse.
Kalau ini tidak dilakukan, menurut hemat saya ada Paradigma Ganda dari Peraturan ini. Kenapa demikian?. Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informatika No. 33/PER/M.KOMINFO/8/2009 – yang tidak termasuk dalam RPM Perubahan Atas Peraturan Menteri , mengatur bahwa seluruh Band Frekuensi baik VHF, UHF, HF, MF, SHF, EHF, Moda Pancaran Kode Morse diperbolehkan bahkan “menguasai” band frekuensi tersebut. Seperti contoh VHF 144 s/d 148 Mhz (kecuali 145.8 s/d 146.0). Pada Band Frekuensi HF 3500 – 3900, 7000 – 7200, 21000 – 21200, dan seterusnya, Moda pancaran kode morse diperbolehkan. Jadi “blantara” kode morse sangat luas sekali. Sementara disisi lain, Peraturan ini tidak memberi ruang dan peluang yang luas. kepada paca calon amatir radio untuk belajar dan menguasai kode morse guna memanfaatkan ‘blantara” yang maha luas itu dalam mengaminkan maksud dari Pasal 1 ayat 4 peraturan ini.

4. Pasal 48 ayat 4, kata ‘harus’, dikembalikan lagi menjadi ‘wajib’ seperti pada Kepmen yang masih berlaku saat ini. Alasannya adalah kata ‘harus’ dalam kamus umum bahasa indonesia bisa berarti, boleh dilakukan dan boleh juga ditinggalkan. Sementara kata ‘wajib’ berarti harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksanakan.

Demikian tanggapan dan usul kami sehubungan dengan Uji Publik terhadap RPM Perubahan Atas Peraturan Menteri Kominfo No. 33/PER/M.KOMINFO/08/2009 tentang Penyelenggaraan Amatir Radio.

MERDEKA..!!!

Salam hormat,
Patri Adri Pamikiran – YC0RNC
NRI: 90036384
Anggota Amatir Radio DKI Jakarta Lokal Kramatjati.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 23 Agustus 2013 inci Amatir Radio

 

Apakah Anda Mengetuk Dengan Key Board ..?

ImageJam 23:15 UTC tanggal 24 Februari 2013, saya melakukan panggilan umum di 40 Meter Band tepatnya di 7.0250 Mhz dengan mode CW.

CQ CQ CQ de YD0MFW….. CQ CQ CQ de YD0MFW …. CQ CQ CQ de YD0MFW dan pada jam 23:20 terdengar bunyi mempertanyakan apakah betul ini YD0MFW. Ternyata yang masuk adalah YB0NSI (Om Joy). Komunikasi berlanjut seperti biasanya dengan melakukan report dan ucapan selamat dan seterusnya.

Komunikasi selesai, lanjut CQ CQ CQ dan disambut oleh YB0BNX (Om Cahyo) atau nama panggilan akrab kita Pa’De. Sedikit panjang lebar komunikaasi dengan beliau, sampai pada akhirnya beliau mohon pamit karena akan melakukan kontrol kesehatan rutin di Rumah Sakit.

Saya sangat bangga dengan beliau karena dalam usia yang sudah lanjut, beliau masih sehat dan tegar terutama dalam mengumandangkan bunyi kode morse, baik di VHF maupun di HF. Ketukan beliau telah berkumandang di seluruh penjuruh dunia ( anda bisa lihat di Log Book dari akun QRZ.com beliau). Salam Hormat dan PF untuk YB0BNX.

Jam 00:23 tanggal 25 Februari 2013 YB0MOS (Om Musa) menyambut panggilan saya. Hari yang sangat berbahagia bagi saya karena dapat ber QSO dengan beliau yang pada tahun 1997 ketika saya mulai menekuni belajar kode morse, saya sering mendengar nama beliau disebut-sebut, namun saya belum mengenalnya, apalagi berkomunikasi dengan beliau.

Dengan cepat saya langsung membuka QRZ.com dan mengetik callsign YB0MOS dan terlihatlah foto beliau… oooow,.. ternyata beliau sudah berusia lanjut juga (menurut ukuran foto..?).

Cukup panjang komunikasi dengan beliau. Dan yang menarik adalah pertanyaan beliau yang sampai dua kali dipertanyakan – pertanyaan pertama tak sempat terjawab akhirnya beliau mempertanyakan lagi. Pertanyaannya adalah “apakah anda mengetuk dengan menggunakan Key Board karena ketukan anda sangat rata, rapih dan enak untuk dibaca” ….. waaaauw… rasa berbunga-bunga adalah suatu yang sangat “morseawi” sehingga dengan sedikit degdegan, saya berusaha untuk tetap tenang dalam mengetuk untuk menjawab bahwa saya tidak menggunakan komputer, saya mengetuk dengan kunci ketuk manual (Straigth Key). Sekaligus mengatakan terima kasih untuk pujiannya.

Dalam perjalanan “panjang” seorang saya di blantika komunikasi dengan kode morse khususnya di VHF, untuk yang pertama kali ini mendapat pujian dari seorang senior Om Musa YB0MOS. Ternyata tidak sia-sia prinsip yang saya anut bahwa “Menerima kode morse dengan telinga dan mengetuk kode morse dengan tangan adalah sebuah PRINSIP”.

Akhirnya dari Puncak GICA Pulogadung Jakarta Timur, saya mengucapkan selamat hari Senin dan selamat beraktivitas, sehat dan kuat serta sukses selalu.- …… de yd0mfw…..

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 25 Februari 2013 inci Amatir Radio

 

Watch “Goyang SemiElektronik by YD0MFW” on YouTube

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 18 Januari 2013 inci Amatir Radio

 

Mengawal Kampoeng Morse Akhir Sebuah Pengabdian

AFT04Diatas langit masih ada langit, adagium ini mengawali tulisan tentang perjalanan panjang nan melelahkan dalam mengawal Kampoeng Morse.

Kampoeng morse, tanpa sengaja saya temukan di salah satu orbit “144.280 Mhz” pada tanggal 27 Juni 1997 ketika sedang menjelajah “ruang angkasa” VHF dengan  pesawat Handy Transciever Icom 02N yang baru mampu dibeli saat itu,  setelah  bekerja  sebagai karyawan swasta di Jakarta.

Seperti kata Net Control Station  dalam setiap kegiatan net lokal di wilayah ORARI DKI Jakarta, saya adalah “penyandang callsign YD8RNC” ketika menemukan Kampoeng Morse. Bunyi nada pendek dan nada panjang menghentikan jemariku untuk memutar frekwensi yang ada di HT Icom 02N, dan kemudian dengan penuh kesungguhan hati mencoba mendengar bunyi tersebut yang sempat saya pelajari ketika akan mengikuti ujian amatir radio pada tahun 1990 lalu di Manado.

Tanpa melalui rapat pleno, apalagi rapat paripurna seperti yang terjadi di DPRD Kabupaten Garut Jawa Barat untuk mengambil keputusan terhadap kasus nikah  4 wpm – maksudnya nikah yang berlangsung cuma 4 hari dari bapak Bupati Aceng, saya langsung memutuskan untuk standbye di 144.280 Mhz guna meneruskan kembali pembelajaran kode morse yang dulu pernah dijalani namun tidak tuntas.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tentunya tahun berganti tahun, saya dengan setia berdiam diri (baca, standbye) di Kampoeng Morse dan terus memperdalam penguasaan menerima kode morse dengan telinga, dan mengirim kode morse dengan tangan, melalui berbagai bentuk pembelajaran baik secara aktif maupun pasif. Termasuk pembelajaran secara radikal yang menyimpang dari pakem kode morse itu sendiri.

Kurun waktu hampir lima belas tahun secara terus menerus, adalah waktu yang cukup panjang bagi seorang saya untuk terus standbye – yang saya istilahkan sebagai “mengawal” kampoeng morse dengan  segala dinamika yang penuh liku terutama lika liku laki-laki – kata lagu. Namun dipenghujung tahun ke 15, ada sebuah renung ulang yang termunculkan tanpa sengaja, atau tanpa diundang (jailangkung…. hehehe) terhadap kondisi kampoeng morse dalam kekinian.

Semarak kampoeng morse dari waktu ke waktu menjadi berkurang bahkan cenderung hilang, ibarat roket yang terjun ke bumi karena kehilangan power dan akhirnya tiba dititik tertentu yang disebut sebagai sebuah keheningan. Ternyata upaya yang dilakukan oleh seorang saya dalam “mengawal” kampoeng morse adalah keliru dan keliru karena zaman telah berubah.

Akhirnya atas dasar kebesaran jiwa dan rasa memiliki yang kuat terhadap kampoeng morse, dalam artian aktivitas belajar termasuk mengajar serta komunikasi dengan menggunakan kode morse untuk terus berlanjut dan berkelanjutan, maka saya harus mengatakan Sayonara untuk kampoengku tercinta. “diatas langit masih ada langit” dan yang paling terakhir “ruang waktu adalah ruang tanpa batas”.-

Pulogadung, 20 Desember 2012 de YD0MFW.

 

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 20 Desember 2012 inci Amatir Radio

 

Tag: , , , , ,

Ada Apa Dengan CINTA…?? Klarifikasi SMS liar pasca UNAR Jakarta 2012

Kurang lebih jam 11:30 waktu GICA Pulogadung atau jam 04:30 UTC hari sabtu tanggal 10 November 2012 bertepatan dengan peringatan hari pahlawan, Telepon genggam saya yg berisi kartu Simpati punya telkomsel salah satu perusahan telekomunikasi terbesar dinegeri ini yg dinyatakan pailit oleh pengadilan negeri Jakarta Pusat (?), … berbunyi….
Dengan sigap dan penuh semangat, bak semangat Bung Tomo ketika menggelorakan semangat para pemuda untuk berjuang mengusir penjajah di negeri ini, saya langsung merespon panggilan dimaksud. Selakigus bertanya ke penelepon itu “jadi saya bisa ikut ujian besok?”.. ( maksudnya ujian negara amatir radio ) karena menurut ketentuan perundangan-undangan untuk mendapatkan sertifikat kecakapan dari “yede” ke “yece” harus diuji.
Saya mendapat jawaban yang mengecewakan dari penelepon yakni, “oooh tidak-tidak”. Beberapa detik saya menarik nafas panjang, seperti spasi yg selalu kita buat saat berQso melalui radio. Trus bertanya dalam hati untuk memanfaatkan spasi tesebut, jadi apa maksudnya beliau menelepon saya?. Saya tadinya mau ikut ujian tersebut dan seluruh dokumen sebagai syarat sudah disiapkan, namun terganjal kesibukan kerja untuk mencari sesuap nasi sehingga tidak dapat mengikuti verifikasi pada hari jumat 9 November 2012 bertempat di ODJ DKI Jakarta.

Penelepon saya adalah, YC0ROS dan beliau lanjut mengatakan maksudnya untuk meminta saya  menandatangani surat pengantar dari ORARI Lokal Kramatjati untuk seorang anggota ORARI Lokal Kramatjati YC0MD yang akan mengikuti ujian kenaikan tingkat dari penggalang ke penegak.
Secara yuridis formil saya masih sekretaris namun de facto saya tidak lagi berkecimpung dalam “blantika” administratif organisatoris Lokal Kramatjati karena sesuatu dan lain hal yang tidak elok jika ditulis disini.
Saya katakan ke beliau “tidaak mbak saya tidak lagi terlibat dalam urusan seperti itu”. Beliau terus memberikan alasan-alasan yang memang bisa diterima secara ratio organisasi, karena ujian akan dilaksanakan besok, sementara bapak Ketua Lokal sedang berada di luar kota.

Institution responsibility dan sense of belonging terbangkitkan dari tidur panjang untuk sosok seorang YD0MFW, sehingga saya mengatakan oke saya tunggu. Tak lama kemudian seseorang yang merupakan suruhan beliau menemui saya di jalan masuk Rumah Susun Gading Icon City Apartement Pulogadung tempat saya tinggal.
Saya menerima dan membaca surat pengantar tersebut dimana tanda tangan Ketua masih “embleng” kata temanku saat kita sama-sama belajar kode morse, yang artinya kosong.

Langka berikut saya bukan mengambil pulpen! tetapi mengambil telepon seluler dan dengan sigapnya saya menelepon yang terhormat bapak Ketua Orari Lokal Kramatjati YB0YTL untuk menyampaikan termasuk meminta petunjuk untuk “peristiwa” ini.
Kalimat pertama yang keluar dari mulut bapak Alleson dalam kapasitas sebagai pucuk pimpinan tertinggi Orari Lokal Kramatjati, adalah..”kan om patri masih sekretaris”, dilanjut dengan beberapa pendapat beliau untuk menyikapi peristiwa ini ha..ha..ha.. Seperti serangan DBD yang dahsyat sehingga dikategorikan sebagai kejadian Luar Biasa.

Akhirnya saya putuskan untuk TIDAK menandatangani surat itu. Saya katakan ke orangnya YC0ROS mohon maaf katakan kepada beliau, om Patri-YD0MFW tidak mau menandatangi surat dimaksud. …… Apa yang tejadi…??.

Kurang lebih sejam kemudian (tidak usah pake UTC deee), YC0ROS menelepon saya lagi dan mengatakan bahwa beliau sudah telepon bapak Ketua Lokal Kramatjati dan sudah okei. Kembali saya menghubungi bapak Ketua Lokal melalui telepon genggam, untuk menanyakan hal tersebut. Dan kata beliau “yaa udah tandatangani saja”.

Untuk yang kedua kali saya didatangi orang suruhan beliau dan yang kedua pula orangnya (pertama masih relatif muda, sedang yang kedua sudah lebih tua, namun lupa tanya nama… Hehehe).
Setelah membaca ulang surat itu kemudian  saya tandatangani surat.  Namun sayang lupa berdoa sebelum menandatanganinya. Hehehe… . Selanjutnya tak lupa saya dokumentasikan sebagai arsip Lokal dalam bentuk Foto melalui perangkat Blackberry saya, dan melangkahlah dengan perlahan tapi pasti orangnya ibu Ros meninggalkan lantai dasar tower 2c Gading Icon City Apartement Pulogadung berbarengan dengan saya masuk lift untuk pulang ke rumah di lantai 15 guna menikmati keindahan spiritual akhir pekan.

Akhirnya maksud tulisan ini adalah sebagai klarifikasi dari SMS liar yang terkirim kesana-kemari seperti yang saya copas dibawah ini :

Para petinggi ORDA DKI JAKARTA YTH. “Ada apa antara ORDA DKI dg Edy Purwanto YC0MD vs Lokal KRJ ? Cukup jelas sdr Ketua Orlok Kramatjati TIDAK BERKENAN memberikan rekomendasi utk ybs mengikuti ujian kenaikan tingkatnya, dg alasan tertentu (paling fatal TDK SATUPUN DOKUMEN PERSYARATAN dimiliki ybs), namun dg gigihnya pengurus ORDA DKI mencari pengurus KRJ lainnya utk menandatangani surat rekomendasinya (?!).Kami, baca : anggota Orlok KRJ merasa “kasihan” kpd Ketua Lokal kami yg se-akan2 tdk digubris keberadaannya, apalagi bila disangkut pautkan dg ditolaknya salah satu anggotanya yg jelas2 sdh mengantongi rekomendasi dr beliau utk ikut ujian kenaikan tkt dr Delta ke Charlie. Mohon para “PETINGGI ORDA DKI” menyikapinya secara bijak. Pak Ketua Lokal, mohon sabar n tabah menerimanya. Thanks atas perhatiannya. //Shey. (Ini sms tdk tau dr siapa).

Jadi kesimpulannya bapak Ketua Orari Lokal Kramatjati BERKENAN bukan TIDAK BERKENAN?.  Sehingga menurut saya beliau tidak perlu tabah dan sabar. Akhirnya dari puncak GICA Pulogadung saya mengucapkan selamat menikmati akhir pekan, sehat dan kuat selalu. ….. de YD0MFW.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 17 November 2012 inci Amatir Radio

 

Hebatnya Jari Jempol

Jari Jempol, disamping digunakan untuk menutup salah satu lubang hidung, saat akan mengeluarkan sesuatu dari hidung (kelereng misalnya, hehehe). Jempol juga digunakan sebagai simbol untuk menyampaikan pujian kepada seseorang yang melakukan tindakan terpuji.

Jari jempol juga terkadang digunakan untuk merekam identitas diri seseorang melalui sidik jarinya. Ketika musim kampanye pilkada dan pilpres, jari jempol juga sering digunakan untuk memberi dukungan bagi bakal calon yang dikenal dengan sidik Jari berdarah. Mbah Marijan (almarhum) juga menggunakan jari jempol untuk memberikan pujian pada salah satu minuman energi dalam sebuah iklannya.

Jari jempol semakin terkenal, dan sering dilihat didunia Maya. Karena ratusan juta manusia seantero muka bumi yang memiliki akun fesbuk selalu menggunakannya. Mark Zuckerberg pendiri Facebook yang menjadi jejaring sosial paling terkenal saat ini, menggunakqn simbol jari jempol untuk me”like” status, gambar, foto dan atau apapun yang di upload ke jejaring sosial tersebut. Bahkan tanpa jari jempol, seorang “pengeyer” tidak akan dapat mengirim ketukan kode Morse dengan baik dan benar dalam gaya ketukan elektronik, semi elektronik, sideswiper, termasuk gaya tafuraga.

Pagi tadi, kurang Lebih jam sembilan lewat 20 menit waktu setempat, di jalan Achmad Yani Rawamangun Jakarta Timur arah Cawang, tepatnya didepan kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, karena tuntutan “situasi” saya masuk lintasan bus Transjakarta yang panjang lintasannya kurang lebih 25 meter karena ada putaran didepan.

Jarak pandang sangat Jelas. Sehingga kalau pesawat terbang, maka pilotnya akan mendaratkan pesawatnya dengan baik dan benar (entah, kalau pilotnya konsumsi sabu sebelum terbang ?). Artinya tidak ada gangguan, baik benda, orang, apalagi petugas polisi lalulintas.

Belum mencapai 10 meter saya melakukan “perbuatan menyimpang” – karena di bodi belakang armada bus Transjakarta kadang ada tulisan, “naik bisnya, jangan ambil jalurnya”. Sekonyong-koyong muncul 3 orang polisi lalulintas yang keluar dari balik tiang beton besar penyanga jalan tol layang Cawang, dan memberi isyarat untuk saya berhenti.

Sebagai “pilot” yang memiliki jam terbang yang cukup, ples tidak pernah mengenal apalagi menkonsumsi sabu, saya tidak dibuat terkaget dan gugup (he he he). Dan dengan sekonyong-konyong pula saya mengangkat tangan kanan seraya mengacungkan jari jempol diiringi senyuman manis (walau saya tidak manis) sambil memperlambat laju Mobil.

Apa yang terjadi ?… Bapak polisi lalulintas itu meminggirkan dirinya sambil sedikit tersenyum – walau tidak semanis senyumku, sambil memberi isyarat untuk saya jalan terus.
Ada apa dengan Jari Jempol saya…?… Hanya saya, dia dan Tuhan yang tahu.

Dari pulogadung Jakarta Timur, saya ucapkan selamat menyambut petang, serta selamat mempersiapkan akhir pekan yang indah. Sehat dan Kuat selalu.-

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 20 April 2012 inci Umum

 

Dendang Seorang Morser

Derasnya arus air kali “SocMed”, bukan Kali Pasir, daerah tempat tinggalnya Bang Maman, yang diissukan punya “istri simpanan”, dalam teks book pembelajaran bermuatan lokal bagi murid SD kelas 2 diwilayah Jakarta yang cukup heboh di media massa, termasuk TV karena dianggap tidak layak untuk menjadi bahan bacaan anak umur kelas 2 SD.

Arus air kali “SocMed” dimaksud adalah, pengaruh Social Media yang sangat kuat sekali saat ini, yang berdampak pada mulai “hening”nya kegiatan berMorse-Ria di Kampoeng Morse. Kondisi itu tanpa disadari secara perlahan mulai menyeretku.

“Pemberontakan” terus dilakukan untuk melawan arus dimaksud, namun sebagai manusia dengan segala kekurangannya, maka menjadi sangat manusiawi jika pada akhirnya saya mulai terseret oleh arus tersebut. Dan mulai berkesimpulan biarlah keyer-keyer ini menjadi kenangan untuk Kampoeng Morse tercinta.

Dalam menjalani “keterseretannya” muncul pertanyaan, apakah pilar-pilar yang berdiri kokoh yang dibangun oleh “pendiri” Kampoeng Morse pasca meninggalnya Samuel FB Morse ratusan tahun yang lalu, mulai lapuk (?).

Tim sepak bola jika kehilangan 1 pemain, maka permainan masih dapat dilanjutkan dan enak ditonton sampai bunyi “dah”  membahana menyudahi permainan itu. Namun permainan kode morse menjadi kurang elok   tidak enak “ditonton” jika bermain secara tunggal, artinya bunyi nada pendek dan panjang terkonsumsi secara “alone” oleh Komunikator tanpa Komunikan. “Bermain morse” berbeda dengan stand up comedy yang bisa ditonton di MetroTV.

Sepertinya kondisi saat inilah yang secara perlahan tapi pasti, mulai menggerogoti semangat, kesetiaan, dan kecintaan dari “Komunikator tanpa Komunikan”. Dalam kapasitas sebagai mahluk pencinta kode morse. Menjadi sangat “morseawi” manaka keteguhan “iman kampoeng morse” mulai tergoyahkan dan nampak mulai tercabik. Tercabiknya semangat, kesetiaan dan kecintaan terhadap Kampoeng Morse, mengingatkan aku terhadap apa yang di candakan oleh Pa’ De Joyo – YD0DLZ di tahun 90an tentang callsign aku YD8RNC (ketika itu) yang oleh beliau di candakan sebagai “Robek Nian Cintaku”.

Ditengah pergulatan dan perjuangan hidup, (tidak termasuk pandangan hidup dan pegangan hidup) untuk terus mempertahankan “NKKM” dari pengaruh tarikan kuat si SocMed yang “ganas” itu. Tiba-tiba muncul semangat baru, bagaikan melihat seberkas cahaya terang (seperti lagunya Nike Ardila). Cahaya Terang itu tak lain adalah SEMI. Ketukan dengan gaya semi elektronik yang sudah lama tidak di “dendang”kan.

Memainkan gaya ketukan tersebut sepertinya akan menghambat (?) tarikan dahsyat yang mulai menyeretku. Semangatku terbangkitkan secara dahsyat pula, untuk bertahan di KM dan mempertahankan “Negara Kesatuan Kampoeng Morse” manakala secara “kalbu” aku mendengar dendang merdu seorang morser yang dengan sadar, didedikasikan kepada sang SEMI ….. ...”kau jaga selalu hatimu, saat jauh dariku tunggu aku kembali, ku mencintaimu selalu menyayangimu sampai akhir menutup mata”.

Aku memang bukan sang SEMI, aku juga bukan  representasi dari SEMI. Namun aku penyuka dan pencinta SEMI maka sepatutnya memberi apresiasi yang besar nan tulus atas Dendang Seorang Morser, seperti yang diberikan Agnes Monica sang juri cantik Indonesian Idiol yang memberi Standing Applause kepada salah satu kontestan di malam spektakuler Indonesian Idol Jumat kemarin.

Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih, Dikau  telah membangunkan aku dari Mimpi Buruk.

Akhirnya “morse bukan sekadar bunyi tetapi sebuah jiwa”.

Dari “puncak” GICA Pulogadung Jakarta Timur saya menyampaikan selamat menikmati akhir pekan di medio April 2012.-

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 14 April 2012 inci Amatir Radio

 

Hening Bukan Berarti Keheningan

Kamis pagi tepatnya tanggal 15 Maret 2012, beberapa saat setelah judul diatas ter-upload di Media Sosial yang lain.
Tiba-tiba terdengar bunyi tone yang kecil dan terputus-putus. Sebagai morser yg selalu dan setia standbye di kampoeng morse – 144.280 Mhz, berusaha untuk membaca ketukan tersebut walau sedikit sulit untuk dibaca. Saya tidak tahu apakah gaya ketukannya memang seperti itu, atau beliau belum mahir untuk mengetuk dengan “cantik” seperti kata kebanyakan morser. Terlepas dari itu, saya tetap berusaha untuk membaca ketukannya, disamping mengirim ketukan se-cantik-cantik mungkin. Akhirnya apa daya saya harus mempersiapkan diri untuk berKegiatan, dan terpaksa harus mengakhiri komunikasi tersebut yang mungkin sedikit tidak “nyambung” (?). Namun yang penting disini, adalah bahwa Hening itu bukan sebuah Keheningan. Karena ditengah “gemuruh” media sosial yang lain yang “melumpuh”kan jemari kebanyakan morser khususnya di 2 meter band. Pagi ini tone masih berbunyi.-

Dari puncak Gading Icon City Apartment Pulogadung de YD0MFW mengucapkan selamat berKegiatan, sehat n kuat selalu. 73 bye.

Posted from WordPress for BlackBerry Montana 9850

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 Maret 2012 inci Amatir Radio

 

OPTIMISTIK

Judul diatas, merupakan kesimpulan dari “diskusi” kecil yang disimpulkan oleh YC0BNX pada Senin 23 Januari 2012 kurang lebih jam 06.30 wib di Frekuensi 144.260 Mhz, yang bertepatan dengan Tahun baru IMLEK 2563.  Sepertinya ‘Naga Air’ yang menurut versi Imlek tahun ini,  merasa terusik dengan realitas kekinian dalam aktivitas beradio di negeri ini, sehingga dia menggeliat ke kiri dan kekanan dalam membahas dan mencoba meluruskan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan amatir radio yang sepertinya mulai melenceng dari aturan yang ada.

Seperti biasa saya bangun kurang lebih pukul 6 pagi, langsung mengONkan radio untuk standbye di Kampoeng Morse Frekuensi 144.280 Mhz.  Namun karena Frekuensi tersebut tidak dibuatkan memori, dan starting up melalui 144.000 Mhz, maka dalam perjalanan menuju Kampoeng Morse, harus melewati beberapa “rumah”, termasuk rumah  tetangga 144.260 Mhz.

Terhenti sejenak di depan rumah tetangga, karena mendengar ada pembicaraan yang cukup menarik perhatian. Dan akhirnya memutuskan untuk standbye  me”monitoring sistem” (menurut istilah Om Ahong- YG1FSX ketika itu). …. Eeeeeh hampir lupa Gong Xi Fa Cai ,.. Om Ahong. Semoga anda Sehat dan sukses selalu dimanapun anda berada saat ini, dan tetap konsisten bahwa titik garis titik adalah romeo.

Dengan semangat empat lima, saya memanfaatkan spasi dari YB0MSF dengan menekan tombol pada desk mike dan berkata “Yangke Delta Zero Mike Foxtrot Wisky bergabung di frekuensi……” dan dengan santun disambut oleh YC0BNX.

Saya tidak tahu persis bahasan pagi itu berawal dari mana, karena ketika saya mendengarkan pembicaraan YC0BNX dan YB0MSF, mereka sedang membahas tentang “resing-resingan” yang teristilahkan oleh sebagian orang, baik anggota amatir radio, maupun bukan anggota amatir radio.

Kalau “resing-resingan” itu di definisikan oleh “mereka” sebagai kegiatan latih diri dan atau kegiatan experiment Amatir Radio, maka menurut uraian dan bahasan panjang lebar serta terstruktur dari YC0BNX yang akrab di panggil Pa’ De, ketika berdiskudi dengan YB0MSF – Om Joko.  Maka kegiatan itu adalah sebuah kegiatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Dan secara pribadi saya sependapat dengan hal itu.

Sampai saat ini kebingungan saya belum terjawab yaitu kenapa filosofi  indah amatir radio yaitu “dengan pancaran sekecil-kecilnya dapat menjangkau stasiun radio yang sejauh-jauhnya” menjadi terbalik dalam pemahaman sebagian anggota Amatir Radio masa kini (?).

Geliat protes sang ‘Naga Air’ di Senin pagi tepatnya di Tahun Baru Imlek 2563  terhadap sebagian kecil aktivitas beradio para amatir radio masa kini yang mulai menyimpang, tidak serta merta menjadi “tontonan” indah di kuping para pendengar. Karena terbukti ada saja stasiun radio yang berusaha memecahkan konsentrasi sang Naga  dalam melanjutkan geliat ke kiri dan ke kanan karena mungkin menyakitkan telinga mereka, sehingga  mereka membuat  gangguan-gangguan kecil melalui signal, atau ungkapan-ungkapan minor yang terselubung.

Pembicaraan terus berlanjut karena semangat dan tenaga sang Naga Air yang menggeliat dangan dahsyatnya  tak mungkin terkalahkan hanya oleh gemericik air. Gemericik air itu ternyata hanya membuat gerakan sang Naga menjadi lebih menawan sampai tiba waktunya YC0BNX, YB0MSF, YD0OKK, dan saya YD0MFW mengakhiri komunikasi di pagi itu.

Akhirnya  Sikap OPTIMISTIS lah yang harus saya pilih. Artinya  harus dimulai dari diri  sendiri untuk mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di dunia amatir radio, dan harus berani memberi informasi apa yang kita tahu dan benar, kepada rekan yang belum tahu.-

Dari Puncak Gading Icon City Apartemen Pulogadung Jakarta Timur, saya mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2563 bagi yang merayakannya. Sehat, kuat dan sukses selalu.-

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 24 Januari 2012 inci Amatir Radio

 

Menanti dan Menanti..

Ruang rindu, salah satu ruang dari “Ruangan” kehidupan bermorse-ria, yang memberi peluang untuk kita bisa mendengar, dan atau memperdengarkan merdunya kolaborasi nada, melalui permainan jemari, baik yang lentik maupun yang kekar, yang menghasilkan suara bertalu-talu dari bunyi dit dan dah.

Rindu adalah sebuah proses penantian yg panjang dan penuh lika-liku.
Setelah bertahun-tahun para penyuka kode morse “menghilang” dari Kampoeng Morse 144.280 Mhz dengan alasan berbagai rupa tentunya (?). Kini satu persatu mulai memunculkan.dirinya.

Sundulan manis pertama diakhir tahun 2011 dimulai oleh ibu Siska, penyuka kode morse dari Bogor, setelah hampir 8 tahun meninggalkan blantika kode morse.
Om Bray dari Cilandak, seperti tidak mau ketinggalan, dia juga melakukan sundulan walau agak keras pada spasi ketika saya sedang mengetuk / memperkenalkan bunyi katakter kode morse ke om Boby yg dengan semangat membara ingin belajar kode morse.

Beberapa hari yang lalu Om Dokter Darlan yang menghilang sejak belasan tahun yang lalu, memperdengarkan suaranya. Sekaligus curhat karena peralatan bermorse ria raib entah kemana, namun cinta terhadap kode morse takkan pernah hilang karena walau dengan siulan khasnya beliau tetap bermorse-ria.

Kampoeng Morse mulai terlihat “hidup” kembali. walau dipagi maupun malam hanya suara ibu Siska yang pada setiap kesempatan memanggil-manggil sebuah nama yang terdiri dari karakter huruf Papa, alfa, tanggo, romeo dan india.

Mudah2an ini merupakan tanda kembalinya para jawara kode morse dari kesaktiannya (baca, menghilang) dengan beragam alasan, termasuk yang menjalani “cuti akademik unlimited”.
Akhirnya, kerinduan adalah sebuah harap, dan harap adalah durasi panjang dari sebuah penantian. Akankah itu terjadi hanya engkau yang tahu.-
*** Pulogadung 12 Januari 2012 jam 15:15 wib.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 12 Januari 2012 inci Amatir Radio

 

Apakah Ada Yang Monitor Mau Belajar Morse Nih

Ditengah “lesuh” nya keinginan orang untuk belajar kode Morse. Jumat 14 desember 2011 kurang lebih jam 20.30 wib di “kampoeng morse” – 144.280 Mhz yang on air dari “Puncak” Gading Icon City Apartemen Pulogadung Jakarta Timur, terdengar suara … “apakah ada yang monitor, mau belajar Morse niih.. ?”. Naluri dan kesigapan penyuka dan pencinta kode Morse secara spontan tanpa hitungan ketiga langsung membunyikan satu karakter huruf, dan yang bersangkutan dengan semangat yang membara menyambut dan meresponse ketukan yang ku kirim. Proses Pembelajaran pun menurut istilah YC0LIH berlanjut hampir satu jam lamanya. Beliau mengaku bernama Bobby bertempat tinggal di Cipete Jakarta Selatan. Satu Hal yang membuat saya merasa bahagia, ternyata masih ada orang yang berkeinginan untuk belajar kode Morse, yang oleh kebanyakan orang masa kini termasuk para anggota Amatir Radio sudah mulai ditinggalkan (?). Morse adalah seni, dan seni adalah Gaya hidup. Bagi yang ingin bergaya dalam seni bermorse-ria khususnya di band VHF. Kumenantimu di kampoeng Morse 144.280 Mhz. Akhirnya “Morse bukan sekadar bunyi tetapi sebuah jiwa”. Salam hangat, selamat berakhir pekan. de YD0MFW.

Posted from WordPress for BlackBerry torch 9850

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 17 Desember 2011 inci Amatir Radio

 

Ruang Rindu

Ruang rindu, adalah sebuah keadaan dimana seorang pencinta kode Morse merasakan sebuah tekanan emosional yang menggebu untuk mendengar bunyi nada pendek dan panjang, serta memainkan lentik jemarinya, bergoyang dan menari di atas pedal kunci ketuk.

Pagi, Rabu 9 November 2011, pesan masuk melalui applikasi WhatsAPP, (applikasi yang mengintegrasikan 2 Operasi sistem yang berbeda untuk kebutuhan messengger) dengan konten, adanya sebuah kerinduan dari pengirim pesan untuk menerima dan mengirim kode Morse. Keinginan rekan tersebut, membangkitkan semangatku ditengah dinginnya pagi untuk kembali memainkan jemari diatas pedal yang telah belasan tahun menemaniku.

Akhirnya bunyi ketukanku membahana melalui frekuensi Kerja Orari LOKAL kramatjati 145.320 Mhz. Frekuensi yang beberapa tahun terakhir mulai hening, tapi tak sehening Pondok Rangon, dimana disana terbaring jasad dan tulang-belulang.

Paling tidak ada kesempatan untuk mengetuk di frekwensi tersebut, sebelum Lokal-Lokal di Jakarta disatukan menurut pembagian wilayah administatif kotamadya (info dari sumber yang belum layak dipercaya ?).

Ketuk mengetuk berakhir setelah jam menunjukan telah tiba saatnya mempersiapkan diri untuk berkegiatan.

Morse memang Indah….. dan “Morse bukan sekadar dunyi tetapi sebuah jiwa” de YD0MFW.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 9 November 2011 inci Amatir Radio

 

Bulan Semi Elektronik seDunia

Tepatnya rabu tanggal 16 Agustus 2011, ketika saya QSO dengan YC1MEQ di 144.280 Mhz yang selalu “kita” sebut sebagai Kampoeng Morse. Saya mengatakan kepada beliau  dengan bercanda, bagaimana kalau bulan ini kita canangkan sebagai bulan mengetuk “Semi Elektronik seDunia”- hahahaha …. Alasannya karena ketukan gaya tersebut sudah lama tidak membahana di kampoeng morse, karena beberapa rekan penyuka gaya tersebut kalau di dunia kampus, beliau-beliau sedang menjalani cuti akademik secara unlimited.

Sepertinya gayung bersambut, beliau (YC1MEQ) “meresponse” dengan baik & benar tawaran saya, dengan menerima ketukan saya serta membalasnya dengan gaya yang sama pula. Jadilah hari itu sebagai hari “kebangkitan” ketukan Semi Elektronik di negeri Kampoeng Morse.

Hari berikutnya tepatnya tanggal 17 Agustus 2011 yang juga merupakan hari Peringatan HUT Kemerdekaan NKRI. Saya kembali berketuk ria panjang lebar dengan beliau dengan materi komunikasi yang sifatnya serius termasuk canda-canda ringan. Tentunya dengan gaya yang sama Semi Elektronik.

Sebelum mengakhiri QSO, kita berdua menggunakan phone dalam komunikasi tersebut, dan membahas masalah kunci ketuk yang dipergunakan. Saya ingat beberapa tahun yang lalu beliau sempat membeli kunci ketuk Vibroplex secara on line. Namun sayang rupanya kunci ketuk tersebut belum digunakan (masih dipajang dengan manis di etalase). Kalau saya jadi Vibroplex, saya akan sedih, karena sudah dibeli mahal-mahal namun tidak digunakan. Karenanya pada kesempatan itu saya menyarankan untuk menggunakan kunci ketuk pabrikan tersebut yang memang dibuat untuk mengetuk dengan gaya Semiii’ (kata mba Ebonni).

Mudah-mudahan untuk hari-hari selanjutnya, YC1MEQ akan selalu dan terus menggunakan kunci ketuk Vibroplex dalam memainkan jemari lentiknya untuk mengetuk dengan gaya Semi Elekronik. Dan bunyi-bunyian nada pendek dan panjang (yang tidak sama panjang) dimana pada beberapa tahun yang lalu sempat membuat beberapa orang sewot (karena tidak bisa membacanya) akan kembali meramaikan blantika kode morse di Kampoeng Morse.

Semoga….-

Pulogadung 18 Agustus 2011 jam 15.18

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 18 Agustus 2011 inci Amatir Radio

 

Jawaban Atas Pertanyaan YD0OVE

Pada bulan Oktober 2007 yang lalu, ketika saya YD0MFW membuat blog, dan mulai menulis hal-hal yang berhubungan dengan morse (baca: kode morse) yang tentunya bobot tulisan baik struktur, maupun content setara dengan kemampuan saya yang sangat minim. Ada suatu kerinduan yang sangat agar ada yang membacanya, kemudian berkomentar, termasuk mengajukan pertanyaan.

Mahesa Rani (YD0OVE) terima kasih untuk pertanyaannya. dan mohon maaf kalau jawaban ini tidak dapat menjawab dengan baik dan benar, sesuai dengan maksud anda. Sekali lagi artikel yang anda baca, dan menjadi acuan untuk memunculkan pertanyaan, adalah copy paste dari sebuah komunikasi melalui media dunia maya antara saya YD0MFW dengan YC1MEQ. Mungkin pertanyaan yang disampaikan adalah lebih kepada pernyataan saya dalam komunikasi tersebut (karena dalam teks tersebut, saya bukan penulis).

Saya mencoba menjawabnya dan dimulai dari pertanyaan nomor  5b yaitu,
* (tanya) Bagaimana seharusnya tujuan belajar morse yang baik & benar (menurut *penulis*) dlm dunia amatir radio.
** (jawab) Kalau belajar morse yang baik dan benar menurut saya, dipersilahkan untuk membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya – walau itu juga belum tentu baik & benar. Sementara tujuan belajar morse, itu sangat tergantung kepada yang bersangkutan. Dan biasanya hal itu akan timbul  ketika yang bersangkutan sudah mulai mengenal dan mulai menguasai kode morse (dalam takaran tertentu). Ingat faktor eksternal  (di radio maksudnya), cukup berperan terhadap arah menentukan TUJUAN setelah yang bersangktan “bisa” bermain morse. Tujuan belajar morse pada umumnya adalah, pertama, untuk bisa berQSO dengan menggunakan kode morse.  Kedua untuk bisa mengikuti berbagai perlombaan yang berhubungan dengan kode morse. Dan Ketiga, yang menurut saya yang ideal, adalah bisa berkomunikasi dengan kode morse, dan bisa mengikuti lomba kode morse apapun bentuknya.

Pertanyaan nomor 5a.
* Apa istilah / stikma yang cocok bagi mereka -mereka yang belajar morse hanya untuk perlombaan.
** Sampai saat ini saya tidak mempunyai istilah / stikma untuk diberikan kepada orang yang belajar morse dengan tujuan hanya untuk perlombaan. Jadi kalau Mahesa punya istilah, atau Mahesa telah memberikan stikma tertentu ke orang-orang seperti itu, saya juga ingin tahu. (kalau tidak keberatan?).

Turun ke pertanyaan nomor 2.
*Apa yang dimaksud dengan masyarakat morser.
** Masyarakat morser adalah istilah yang saya gunakan untuk menjelaskan adanya kumpulan orang penyuka morse (baca: kode morse) di radio.

Naik lagi ke pertanyaan nomor 3.
*Arti dari morse mania, siapa saja yang bisa disebut sebagai morse mania.
**Morse mania adalah istilah yang saya gunakan dan saya stikma-kan kepada orang lain yang merupakan bagian dari masyarakat morser. dimana “kehidupan” morsenya (dalam tatanan Ideal) sangat aktif dan dinamis “sepanjang masa”.- Artinya yang saya ketahui, dan dengar sepanjang saya On Air dan monitor  sejak Juni 1997 sampai dengan sekarang (Sabtu 9 Juli 2011).
Tidak ada peraturan, apalagi peraturan pemerintah yang menyatakan si A atau si B harus disebut sebagai morse mania. Jadi kalau ada orang yang belajar morse selama 720 jam secara terus menerus, dan ada yang menyebut dia morse mania… yaaa silahkan.

Kembali naik ke pertanyaan nomor 4.
* Apa ada pengkotakan tersendiri dalam bermorse ria bagi seseorang/kelompok sehingga muncul stikma tersebut dalam tulisan diatas.
** Stikma yang termunculkan dalam materi komunikasi melalui dunia maya tersebut, sudah terjawab melalu pertanyaan nomor 3. Sedangkan untuk pengolompokan, saya pribadi sampai saat ini tidak dan belum mengetahui apakah ada pengelompokan dalam bermorse ria di radio. Dan kalau toh memang ada seseorang yang membentuk kelompok, dan ada orang-orang lain bergabung menjadi anggota dalam kelompok tersebut… yaaa itu hak-hak mereka. Selanjutnya kalau seseorang dalam pertanyaan anda mungkin (?) saya yang dimaksud (mohon maaf kalau salah). Karena saya selalu bermorse ria dalam kesendirian di KM ? itu jawabannya panjang jadi perlu satu artikel dengan judul Mengawal Kampoeng Morse.

Akhirnya melorot ke pertanyaan nomor 1.
* Tolong dijelaskan maksud dari “bermorse ria” di dunia nyata, pada dunia amatir radio.
** Pertanyaan ini akan terjawab jika kita mengerti dan memahami materi komunikasi kami berdua secara kontekstual.

Dan yang paling terakhir saya memohon maaf kepada Mahesa Rani YD0OVE, atas jawaban yang sangat dan sangat tidak memuaskan anda. Saya sadar sesadar-sadarnya bahwa kemamampuan intelektual, pengalaman, serta kapasitas dalam dunia morse, masih jauh dari harapan saya, termasuk harapan berbagai lapisan masyarakat. … “diatas langit masih ada langit” dan “morse bukan sekadar bunyi tetapi sebuah jiwa”.-

Dari “puncak” GICA Pulogadung de YD0MFW, mengucapkan salam hormat, dan selamat menikmati malam minggu. sampai jumpa 73

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada 9 Juli 2011 inci Amatir Radio